Isnin, 4 April 2011

Mutiara Nahjul Balaghah

mutiara nahjul balaghah
Mutiara Nahjul Balaghah
(Wacana Dan Surat-Surat Imam Ali r.a)
Terjemahan: Muhammad al-Baqir
Keluaran: Mizan
Halaman: 144 mukasurat
Salam..
Apakah Nahjul Balaghah (Seni Kefasihan).. ia adalah tajuk sebuah kitab yang berisi siri ucapan Sayyidina wa Maulana Amir Al-Mukminin Ali bin Abi Thalib r.a.. Barangkali tidak ada nama yang lebih tepat daripada itu yang mampu menunjukkan kepada makna yang dikandungnya.. Tidak sanggup untuk melukiskan yang lebih baik daripada nama yang disandangnya.
Tidak seorang pakar bahasa Arab pun kecuali menyatakan bahawa ucapan-2 Imam Ali r.a. adalah yang paling mulia, paling fasih, paling padat isinya dan paling meliputi makna-makna agung dalam kandungannya. Tentunya, setelah firman Allah SWT dan sabda Nabi-Nya.
Sungguh dalam diri Rasulullah saw. Terdapat cukup contoh teladan bagimu, serta petunjuk jelas tentang keburukan dunia dan kehinaannya, serta banyaknya buruk-laku dan kejahatan yang berlangsung di dalamnya. Oleh sbb itulah beliau dijauhkan darinya, disempitkan baginya segala penjurunya, disapihkan dari air susunya dan dipalingkan dari indah perhiasannya.
Dan bila kalian ingin, akan kusebutkan pula keadaan Musa kalimullah. Ketika ia berdoa: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku seorang fakir yang sangat memerlukan kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS. AL-Qashash:24).
Demi Allah, tiada yang dimintanya itu lebih daripada sepotong roti untuk dimakannya.
Telah menjadi kebiasaannya makan hanya dedaunan yang ditumbuhkan bumi, sehingga warna hijaunya nampak membayangi di balik kulit perutnya, kerana kurusnya yang amat sangat dan dagingnya yang hampir luruh.
Dan bila kalian ingin, akan kusebutkan pula tentang keadaan Daud a.s, si peniup seruling dan pembaca bagi penghuni syurga. Ia biasa membuat anyaman tikar dengan tangannya, lalu bertanya kepada kawan-kawan bicaranya: ‘Siapakah di antara kalian yang bersedia menjualkan untukku?” Dari hasil penjualan itulah ia membeli roti untuk makanannya.
Dan bila kalian ingin, akan kusebutkan pula tentang keadaan Isa bin Maryam a.s, Ia menjadikan batu sebagai bantalnya, mengenakan pakaian yang kasar dan makan makanan yang amat sederhana. Bulan adalah pelitanya di waktu malam hari. Seluruh penjuru dunia, Timur dan Barat, adalah tempat teduh baginya (Kiasan menunjukkan tiadanya rumah kediaman yang dimilikinya). Apa saja yang ditumbuhkan bumi untuk makanan ternak dan hewan, adalah bebuahan dan makanan baginya pula. Tiada dimiliki seorang isteri yang dapat membuatnya lalai. Tiada seorang putra yang dapat membuatnya prihatin. Tiada harta yang dapat memalingkan perhatiannya. Tiada ketamakkan yang dapat menghinakannya. Kenderaannya adalah kedua kakinya. Pelayannya adalah kedua tangannya.
Dan contohlah kelakuan Nabimu yang suci Muhammad saw. Dalam dirinya terdapat teladan bagi yang ingin meneladan serta hiburan bagi yang memerlukan hiburan. Dan yang paling dicintai Allah di antara hamba-hamba-Nya, ialah orang yang mencontoh Nabi-Nya dan mengikut bekas langkahnya.
Ditolaknya dunia dengan segala kemewahannya dan tidak diberinya perhatian sedikit pun. Beliaulah yang paling ramping pinggangnya di antara para penghuni bumi. Yang paling kosong perutnya dari makanan dunia (Disebabkan sering berpuasa, baik kerana memang diniatkannya ataupun kerana tiadanya makanan yang tersedia baginya). Ditawarkan kepadanya kemewahan dunia tetapi tempiknya. Ia tahu Allah swt membenci sesuatu (yang dimaksudkan “sesuatu” adalah Dunia), maka iapun membencinya; menghinakan “sesuatu”, maka iapun menghinakannya; meremehkan “sesuatu”, maka ia pun meremehkannya. Dan sekiranya penyakit yang melanda kita ini tidak lebih daripada kecintaan kita kepada “sesuatu” yang dibenci Allah serta Rasul-Nya, dan kekaguman kita kepada “sesuatu” yang diremehkan Allah serta Rasul-Nya, sungguh yang demikian itu sudah cukup menunjukkan pembangkangan terhadap Allah dan penyimpangan dari jalan-Nya.
Telah menjadi kebiasaan Rasulullah saw. Makan di atas tanah, duduk secara seorang hamba, menjahit sendiri sandalnya dan menampal bajunya, menunggang keledai tanpa pelana dan memboncengkan orang lain dibelakangnya. Adakalanya ia melihat tirai bergambar di depan pintu rumahnya, lalu berkata kepada salah seorang isterinya: “Lepaskan itu! Bila melihatnya, aku jadi teringat dunia dan kemewahannya.”
Demikianlah, ia berpaling dari dunia dengan hatinya, mematikan penyebutannya dalam dirinya dan menjauhkan kemewahannya dari pandangannya. Yang demikian itu demi tidak menjadikan dunia sebagai “pakaian” mewah bagi dirinya. Atau menganggapnya sebagai tempat menetap, atau mengharapkannya sebagai rumah kediaman. Lalu di keluarkannya ia dari jiwanya, dijauhkannya dari hatinya dan dilenyapkannya dari pandangannya. Begitulah, barangsiapa membenci sesuatu, ia takkan ingin memandangnya atau mendengar tentangnya.
Dalam cara hidup Rasulullah saw. Terdapat cukup petunjuk akan kejahatan dunia dan keburukannya. Beliau seringkali dalam keadaan lapar, betapapun keistimewaan kedudukan beliau disisi Tuhannya. Digeserkan darinya segala kemewahannya, sedangkan pribadinya begitu dekat kepada Tuhannya.
Adakah pemerhati yang mahu memperhatikan dengan menggunakan akalnya ? Adakah dengan begitu Allah berkehendak memuliakan Nabi Muhammad saw, atau menghinakannya ?!. Jika seseorang berkata: “Allah telah menghinakannya”; maka ia telah berbohong dan mengucapkan kata dusta yang amat keji. Dan jika ia berkata: “Allah telah memuliakannya”; maka hendaknya ia menyedari bahawa sesungguhnya Allah menghendaki kehinaan bagi orang-orang selain beliau, yang bagi mereka telah dibentangkan kemewahan dunia ini, di saat Ia menggeserkannya dari beliau, orang terdekat-Nya!.
Seharusnyalah orang mengambil teladan Nabinya saw, mengikuti jejaknya dan memasuki tempat ia masuk. Atau, jika tidak, janganlah ia merasa aman dari kehancuran. Bukankah Allah swt telah menjadikan Nabi Muhammad saw. Sebagai tanda dekatnya hari kiamat, yang menggembirakan dengan syurga bagi yang taat dan mempertakuti dengan hukuman kepada yang bermaksiat?!. Ia keluar dari dunia ini dalam keadaan “ringan” dan mendatangi akhirat dengan keselamatan. Tiada ia pernah menumpuk bata di atas bata (Maksudnya tidak membangun gedung untuk dirinya sendiri) sampai ia pergi memenuhi panggilan Tuhannya.
Alangkah besar anugerah Allah swt dengan melimpahkan nikmat kehadiran beliau di antara kita, sebagai pendahulu yang kita ikuti jejaknya dan pemimpin yang kita turuti tapak kakinya. Demi Allah, begitu seringnya aku suruh tampalkan bajuku ini, sehingga aku merasa malu kepada si tukang tampal. Pernah seseorang berkata kepadaku: “Tidakkah sebaiknya Anda campakkan saja baju itu ?” “Enyahlah,” jawabku, “Orang-orang yang meneruskan perjalanan di malam hari akan bersuka cita bila pagi hari tiba. (maksudnya bersusah-susah dulu bersenang-senang kemudian di kehidupan akhirat kelak).

Tiada ulasan:

Catat Ulasan